Mei 31, 2018

Tahapan Pembuatan Batik Tulis, Salah Satu Bahan untuk Pembuatan Blangkon Jogja

Batik Tulis



Blangkon jogja - Bagi orang yang berada di indonesia pasti tidak asing dengan istilah batik. Hampir setiap oraang punya baju batik, bahkan sekarang di hari tertentu Pegawai Negeri Sipil diwajibkan menggunakan batik pada hari tertentu. Hal ini dikarenakan batik adalah warisan rakyat Indonesia yang sudah diakui di lingkungan dunia.



Batik adalah kain yang diberi corak tertentu dengan menyimpan filosofi di dalamnya dan mempunyai nilai estetika. Ade beberapa jenis kain batik berdasarkan proses pembuatannya. Diantaranya ada batik tulis yang menjadi awal mula batik dilahirkan, selanjutnya ada batik cetak atau batik cap, yang menggunakan alat cetak untuk pembuatannya, Selanjutnya ada batik print yang menggunakan alat printer kain untuk pembuatannya.


Di sini kita akan membahas tentang tahapan
pembuatan batik tulis yang merupakan batik asli keahlian orang indnesia. Langsung saja kita mulai tahapan pembuatan batik dari tahap pertama. Tahapan-tahapannya antara lain:


1.       Pemotongan kain, yaitu membagi kain yang masih ukuran panjang dengan kebutuhan. Untuk kain yang akan digunakan untuk pembuatan blangkon Jogja umumnya berukuran 105 cm x 105 cm persegi.

2.       Mengetel, membasahi mori dengan bahan bahan yang sudah dihaluskan dan dicampur yang terdiri atas : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Kemudian mori diuleni secara merata, kemudian dijemur kering. Setelah kering diulangi lagi pengulenan kain dan dijemur lagi. Proses ini diulang ulang hingga kurun waktu 3 minggu. Setelah itu kain dicuci bersih. Proses ini bertujuan agar bahan pewarna kain dapat meresap sempurna pada kain.

3.       Nglengreng, menggambar langsung pola batik pada kain dengan menggunakan pensil, tujuannya adalah supaya pola batik lebih mudah dalam proses pemberian garis dan titik yang menjadi isi dari batik.

4.       Isen-isen, tahap pemberian warna pada motif batik serta meberi variasi diantara pola batik yang tergambar.

5.       Selanjutnya Nembok, yaitu menutup bagian kain yang tidak perlu diberi pewarna kain.
6.       Selanjutnya ngobat, pencelupan kain batik yang sudah ditembok pada zat pewarna batik sehingga kain batik menjadi lebih hidup.

7.       Kemudian tahapan finishing dengan menghilangkan kain batik dari zat lilin dengan cara merebus kain batik dengan kain mendidih.

8.       Setelah tahap finishing batik, kain dicuci untuk memisahkan lilin yang mengelupas dengan kain.



Inilah tahapan pembuatan batik tulis secara tradisional yang dikerjakan dengan beberapa tahapan yang menunjukkan tingginya keilmuan masyarakat indonesia pada zaman dahulu melalui tahapan pembuatan batik. setelah tahapan tahapan pembuatan batik tersebut selesai barulah dapat digunakan untuk pembuatan blangkon Jogja.


Untuk proses pembuatan blangkon Jogja akan saya bahas di artikel selanjutnya. Terimakasih.

Mei 30, 2018

“Kaji Blangkon” Sebuah Impian Dibalik Keterbatasan – Blangkon Jogja




Blangkon Jogja - Haji merupakan rukun Islam yang wajib bagi orang islam untuk menunaikannya jika memenuhi syarat. Salah satu syarat wajib haji adalah mampu. Karena syarat ini tidak semua penduduk jawa pribumi dapat memenuhi, menjadikan ibadah haji ini adalah ibadah yang didamba-dambakan setiap orang, terlebih pada masa kolonial belanda.

Pada masa kolonial sekitar abad 19-an, terlahir  istilah “Kaji Blangkon” yaitu istilah hajinya orang  jawa yang melakukan rukun hajinya di Jawa. Seperti yang dilangsir di tirto.id menyebutkan asal mula terbentuknya istilah “Kaji Blangkon”.

Pada 1930-an, muncul kepercayaan lokal yang yakin bahwa berziarah tujuh kali ke Masjid Demak (kini di Jawa Tengah) akan sama nilainya dengan naik haji ke Mekah (Henri Chamber-Loir dalam Encyclopedia van Nederlandch-Indie). Berdasarkan kepercayaan ini, setiap 10 hari antara tanggal 1 sampai 10 Zulhijah (bulan ke-12 tahun Hijriah), orang-orang akan berdatangan ke Demak untuk melakukan ziarah.” Begitulah tulisan yang terdapat di tirto.id

Kepercayaan adanya Kaji Blangkon ini juga didukung oleh kondisi saat masa kolonial, dimana untuk mencapai ke tanah Arab dibutuhkan waktu yang sangat lama dan perbekalan yang banyak. Hal ini belum melihat kondisi keamaan dan kebijakan pemerintah kolonial. Dengan demikian kepercayaan Kaji Blangkon mudah menyebar di kalangan masyarakat terutama yang ingin menunaikan rukun Islam ke lima.

Dalam setelah menyebarnya kepercayaan kaji blangkonini masyarakat kategori tidak mampu banyak berbondong bondong melakukan ritual “haji” nya Demak. ritual haji yang dilakukan mulai dari sholat berjamaah, mengaji Al-quran hingga mengunjungi makam sunan kalijaga. Karena banyaknya orang yang datang setiap bulan zulhijjah ini, mengundang penduduk untuk berjualan hingga terciptalah pasar malam ketika bulan besar/ zulhijjah.

Dalam merahputih.com juga menyebutkan kritikan dari sebuah majalah pada saat itu “Lantaran telah menjamur, para peziarah memberi anjuran agar kiblat Mekkah diganti dengan kiblat Demak dan naik haji ke Mekkah deganti dengan haji ke Demak, tulis surat kabar Soera Oemoem tahun 1903”

Dari kepercayaan dahulu yang membolehkan ibadah haji di Demak ini, hingga saat ini masih ada yang menghubungkan antara orang yang berziarah mengunjungi Wali Songo akan mendapat tambahan nama awal “H” yang merupakan singkatan dari kata haji.

Fenomena disamakannya satu wilayah dengan tanah suci ini juga dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Sumatra, Sulawesi, dan beberapa tempat lain. Begitulah gelar “Kaji Blangkon” yang mengkonotasikan melakukan ritual haji namun berada di pulau jawa.

Mei 29, 2018

Sejarah Blangkon Sebagai Warisan Budaya Nusantara



 
Bllangkon Jogja

BlangkonJogja - Blangkon mempunyai makna pengendalian nafsu manusia yang meluap luap. Nafsu manusia ini di dalam adat jawa hadulu di identikkan dengan lambang rambut. Karena pada zaman dahulu masyarakat jawa belum mengenal pemotong rambut, wong jowo (orang jawa) pada umumnya berambut panjang.



Dalam viva online diberikan keterangan “Laki-laki dan wanita Jawa secara umum membiarkan rambutnya panjang alami dan tidak dipotong. Kaum laki-laki, kecuali dalam acara tertentu, biasanya melingkarkan rambut mereka di sekeliling kepala dan menjepitnya dengan sisir sirkam di depan. Namun, di kalangan petinggi, merupakan suatu kehormatan untuk membiarkan rambutnya terurai di hadapan atasan mereka”.


Untuk orang jawa yang mempunyai kepribadian baik biasanya menata rambutnya agar tidak berantakan, sedangkan kepribadian orang jawa buruk biasanya membiarkan rambutnya berantakan tanpa penataan. Kemungkinan ini adalah acuan yang dipakai untuk menilai karakter seseorang.
Sebelum adanya blangkon, terlebih dahulu dikenal dengan istilah “iket” atau “udeg” yang dipakai untuk mengikat kepala. Iket ini digunakan untuk mengikat Sirah (kepala) yang mempunyai konotasi isine mberah (isinya banyak), dengan menggunakan iket ini menjaga supaya pemakainya dapat mengikat isi fikirannya sehingga dapat menjadi ketenangan bagi pemakainya.


Fisik dari iket ini berupa kain yang di ikatkan melingkar di sebagian kepala bagian atas yang dipakai seperti mahkota. Perbedaannya, mahkota biasanya dipakai dengan bahan yang lebih keras, namun untuk iket bahan yang digunakan menggunakan kain atau barang yang bisa digunakan untuk melilit kepala dengan bagian atas terbuka.


Setelah terkenalnya iket, masyarakat jawa mulai mengenal pengikat kepala dengan penutup bagian atasnya. Benda kepala ini disebut dengan blangkon. apabila iket disimpan dalam bentuk kain  dan baru di ikatkan saat mau dipakai, blangkon ini disimpan dan di kenakan dalam wujud serupa blangkon sehingga dalam pemakaian tidak membutuhkan waktu untuk mengikat kepala.


Pemakai blangkon yang paling tua dapat di lihat pada lukisan Sunan Kalijaga, yang lahir pada abad ke-14 masehi, lukisan ini membuat persepsi bahwa pencetus blangkon adalah Sunan Kalijaga yang mempunyai latar belakang kerajaan islam di jawa. Bila di analisis pengantian iket kepala menjadi blangkon bila di lihat dari persepsi ini adalah alasan ketika hendak sholat agar rambut tidak menghalangi antara kening dengan lantai sujud. Untuk kebenaran yang sebenarnya belum diketahui secara jelas.

Mei 28, 2018

Blangkon Jogja Tidak Pernah Kehabisan Nyawa



Pernikahan Dengan Blangkon Jogja

Blangkon Jogja yang merupakan bagian dari pakaian adat Jawa selalu mendapatkan caranya untuk tetap eksis di tengah perkembangan zaman. bila dahulu blangkon yang hanya mempunyai nilai manfaat dan filosofis, semakin bertambah umur semakin bertambah juga kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Bentuk adaptasi blangkon Jogja dalam mempertahankan eksistensinya terlihat di segala perubahan. Setidaknya ada 6 aspek yang bertambah antara lain:
  • Kegunaan Blangkon
Blangkon yang dahulunya hanya digunakan untuk penutup kepala, saat ini blangkonmempunyai banyak fungsi seperti untuk simbol yang dapat kita temukan saat acara-acara pernikahan, acara keraton, dan sebagainya, juga sekarang mulai banyak dikembangkan untuk bahan koleksi warisan budaya.
  •  Warna Blangkon
Warna blangkon dari zaman dahulu mengalami pengembangan berupa bertambahnya corak yang dipakai blangkon, ada banyak warna yang sekarang diumpai, seperti warna polos, warna yang bersebelahan atau yang motif batiknya hanya sebagian kecil saja.
  • Bahan Blangkon
Bahan yang digunakan untuk pembuatan blangkon juga mengalami perkembangan, dahulu pembuatan blangkon hanya menggunakan batik tulis, namun seiring dengan berkembangnya tehnologi, bahan batik yang digunakan terdapat beberapa jeniss, seperti batik cetak, sablon manual bahkan ada yang menggunakan print komputer.
  •  Bentuk Blangkon
Dari sektor bentuk blangkonmempunyai beberapa perubahan, namun perubahan ini biasanya masi mengacu aturan dasar identitas sebuah blangkon. seperti blangkon jogja kliwir misalnya. Blangkon ini masi menggunakan aturan identitas blangkonnya, namun ditambahi kliwir yang panjang di belakang. Contoh lain adalah bangkon yang dipakai oleh prajurit keraton. Dari blangkon yang biasanya menggunakan mondolan seukuran telur ayam, bagi prajurit menggunakan mondolan khusus yang lebih kecil. Hal ini untuk menyesuaikan penggunaan pelindung kepala(helm) untuk melindungi kepala dari senjata lawan.
  •  Pengaplikasian Blangkon
Dari tutup kepalablangkon zaman sekarang sudah ada perkembangan pengaplikasian, dari pengaplikasian ini bahhkan dapat menjadi konotasi yang berbeda maksudnya. Seperti pengaplikasian nama blangkon untuk softwere BlankOn, pengaplikasian Blangkon Untuk Diarak saat hari raya dengan ukuran besar,maupun pengaplikasian blangkon untuk sebuah logo.
  •  Hiasan Blangkon
Blangkon dalam menghadapi dunia permodelanpun tidak kalah dengan kostum yang sudah terkenal, buktinya banyak sekali para pembuuat event pernikahan yang menyandingkan blangkon dengan busana ngetrend lain. Biasanya terdapat aksesoris penambah yang dipasang di blangkon. aksesoris ini yang sering di temui adalah payet, namun juga tidak jarang yang menggunakan bahan lain.

Mei 27, 2018

Blangkon Jogja | Menggunakan Blangkon Saat Haji?

Blangkon Jogja

Pada musim haji 2015 lalu ada yang berbeda dari salah satu wajah rombongan jamaah haji Indonesia, Rombongan ini menggunakan Pakaian adat Jawa lengkap mulai dari beskap hingga blangkon  saat  beribadah di tanah suci kecuali saat diwajibkan menggunakan pakaian ihrom.
Blangkon jogja

Terlihat para jamaah hajimengenakan blangkon Jogja. Salah satu foto jamaah ini yang dipublikasikan suaramuria.com menunjukkan jamaah haji Indonesia berada di kota madinah menggunakan pakaian khas Jawa. Walaupun demikian, para jamaah haji terlihat hikmat dalam beribadah. Karena selain saat wajib mengenakan pakaian ikrom di waktu yang di tentukan, syariat tidak menentukan pakaian apa yang harus dikenakan yang penting menutup aurat.


Manfaat penggunaan pakaian khas Jawa di tanah suci ini mempunyai dampak positif berupa mudahnya mengidentifikasi jamaah Indonesia yang menggunakan blangkon.  Pemandangan yang ditampilkan oleh Jamaah Haji Nusantara Kloter 12 (sebelumnya13) dari Jepara, Jawa Tengah ini tentu menggugah ingatan tentang masa-masa di abad ke 18-19 dimana ulama Nusantara memberi warna yang kuat pada dunia intektual Hijaz.


Besarnya pengaruh ulama Nusantara ini membekas pada kawasan yang saat ini disebut Arab Saudi itu, di Syami’ah Arab Saudi dapat ditemukan sebuah kampung bernama Al-Jawi. Jawi dalam kontek ini tidak hanya berarti pulau atau suku Jawa, namun Jawi berkonotasi Nusantara atau setidaknya Asia tenggara.


Moeria online  mengutip pernyataan dari pimpinan KBIH Arofah Jepara yang bernama KH Nuruddin Amin  yang menyebutkan dirinya adalah calhaj nusantara “Wong kaji iku ora kudu nganggo kopiah putih , ning ugo oleh nganggo blangkon” (Orang haji itu tidak harus mengenakan kopiah putih, tetapi juga boleh mengenakan blangkon).


Dari surat kabar online ini juga menyebutkan bahwa penggunaan blangkon oleh calon haji asal Jepara ini digunakan saat berangkat dari Jepara hingga turun di Tanah Suci. Sehingga setibanya tiba di negara Arab, menjadi perhatian bagi jamaah asal negara lain dengan pakaian yang berbeda ini.
Foto dari Kegiatan jamaah haji ini diabadikan oleh masing masing peserta kloter, kemudian banyak yang diunggah di akun media sosialnya KH Nuruddin Amin yang mengenakan ciri khas nusantara dengan mengenakan blangkon dan pakaian Jawa. Untuk jamaah wanita mengenakan pakaian seperti dari kloter lain lantaran belum adanya busana nusantara yang dianggap pantas untuk dikenakan saat di tanah suci. Sumber : suara muria online.

Mei 26, 2018

Berwisata dijogja Jangan Lupa Bawa Blangkon Jogja


blangkon jogja

Pernahkah anda berwisata ? hampir semua orang Indonesia pernah merasakan apa yang disebut dengan wisata. Tidak peduli yang didatangi tempat jauh atau hanya sekedar di sekitar lingkungan saja. Berwisata ini mempunyai pengaruh untuk menenagkan pikiran supaya tidak mudah stres. Biasanya setiap orang setelah melewati masa yang sulit akan melakukan wisata untuk menenangkan situasi yang dilewati.


Bila anda menrencanakan wisata tentunya anda tidak akan melewatkan kota yang satu ini, kota Yogyakarta atau yang dikenal dengan kota jogja. Kota yang dijuluki kota candi ini memang menyimpan sejuta keindahan yang patut diacungi jempol. Kota Jogja menyajikan kota yang mempunyai penataan yang rapi sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Di kota ini juga pernah menjadi ibu kota negara Indonesia. Hal paling menarik lagi dari kota ini, masih menyimpan peniggalan dari peradaban zaman dahulu.


Prambanan,salah satu candi yang sudah diakui seluruh dunia dengan bangunan candi yang sangat indah. Di candi ini juga tersimpan cerita yang tidak kalah dengan cerita-cerita luar negeri. Bila di luar negeri ada putri salju, mungkin cerita yang di prambanan ini dapat menjadi tandingannya di Indonesia. Cerita itu adalah cerita Rorojonggrang yang mengisahkan pembuatan seribu candi dalam tempo satu malam saja.


Selain dari peninggalan sejarahnya, kota Jogja masa kini juga mempunyai wajah yang tidak kalah menarik. Di Jogja ada tempat wisata yang kekinian juga seperti taman wisata air yang bernama JWF. Ada juga wisata Sindu Kusuma Edupark. Salah satu taman yang romantis saat malam tiba. Bila anda hobi belanja ada juga tempat wisata Malioboro.


Di Malioboro anda akan menemukan barang barang yang khas jogja dengan harga yang sangat menggiurkan. Slah satu barang yang saya sarankan adalah Blangkon Jogja,  Blangkon Jogja mempunyai nilai Sejarah Dan nilai Budaya yang sudah tua di jogja. Blangkon jogja ini dapat digunakan sebagai aksesoris pakaian maupun cindra mata khas oleh oleh jogja. Keistimewaan lain dari cindramata blangkon Jogja adalah dapat disimpan dengan jangka waktu lama, sehingga dapat menjadi bahan koleksi yang bagus ketika disimpan di ruang koleksi anda.

Mei 24, 2018

Beda Mondolan Blangkon Jogja dan Blangkon Solo

gambar blangkon
Perbedaan yang paling terlihat dari blangkon Jogja dan blangkon Solo yaitu di bagian mondolan, mondolan yaitu kain penutup blangkon yang terletak di belakang yang memisahkan antara bagian blangkon kanan dan bagian blangkon kiri.

Aturan dalam pembuatan blangkon yaitu garis tepi mondolan harus lurus hingga sampai bagian atas depan  blangkon. hal ini mengandung filosofi bahwa seorang hamba untuk menuju pada tuhan itu terdapat jalan lurus tanpa pemisah. Mondolan mengisyaratkan hawa nafsu, sedangkan bagian depan atas blangkon mengisyaratkan jalan menuju tuhan.


Fungsi dari mondolan blangkon Jogja adalah tempat penutup rambut yang di ikat, rambut yang dibiarkan terurai melambangkan bahwa pemilik blangkon mempunyai kepribadian berantakan. Orang  Jawa zaman dahulu melambangkan pengendalian jiwa dengan mengikat rambut panjangnya sehingga membentuk bulatan rapi di belakang kepala.


Bila dipadukan dengan masa sekarang, orang yang mempunyai rambut terurai berantakan biasanya di identikkan dengan orang yang tidak mudah menaati peraturan. Kemungkinan ini juga diwariskan dari persepsi zaman dahulu yang menjaga rambut terurai. Dengan begitu diperlukanlah pengendalian diri. Dengan pengikatan rambut secara bulat di bagian belakang kepala, ketika orang Jawa menggunakan ikat kepala akan ada benjolan di belakang. Setelah berkembangnya ikat kepala menjadi blangkon, blangkon Jogja pun ikut menyesuaikan pengalaman sebelumnya, yaitu ada benjolan di belakang untuk tempat rambut yang terurai.


Beda dengan blangkon Solo, para keraton Solo ketika mengembangkan iket menjadi blangkon sudah menjadi umum bagi anggota keratonnya berambut pendek. Hal ini dikarenakan keraton Solo sudah menjalin kerjasama dengan bangsa Eropa yang mengenalkan budaya cukur rambut / potong rambut. Dengan demikian, bentuk blangkon Solo juga mempunyai wujud yang berbeda dengan blangkon Jogja. blangkon Solo tetap memiliki mondolan, namun mondolan blangkon Solo tidak berfungsi untuk menyimpan rambut.


Hal ini menyebabkan mondolan blangkon Solo berbentuk bulat pipih atau bisa dibilang trepes. Dari penjelasan ini, dengan melihat fisik belakang dari blangkon dapat dikategorikan jenis dari sebuah blangkon. yaitu mondolan blangkon Jogja mempunyai bentuk bulat seperti telur dan mondolan dari blangkon Solo berbentuk bulat pipih.

Mei 23, 2018

Blangkon Jogja | Wedono H. Ngudi Pawoko Menjadi Pengrajin Blangkon Untuk Pengabdian


blangkon jogja

Blangkon Jogja merupakan topinya orang jawa. Blangkon memiliki nilai seni yang sangat tinggi, sehingga tidak semua orang dapat membuat blangkon dengan kualitas yang bagus. Salah satu pengrajin blangkon yang pada masa mudanya sempat melejit namanya adalah Wedono H. Ngudi Pawoko yang kerap dipanggil mbah Rejo. Di usia lansianya, mbah Rejo masih kerap mengerjakan keahliannya menjadi pengrajin blangkon. blangkon yang dihasilkan mbah Rejo sudah akrab di kalangan Keraton. Dari sinilah mbah Rejo dikenalkan dengan perangkat-perangkat kraton, hingga lingkaran terdalam keraton.


Ayah mbah Rejo dulunya adalah seorang penjahit terkenal yang sering menjahit ikat kepala, dari sinilah mbah Rejo mendapatkan ilmu menjahit. Dalam pembuatan blangkon, bah Rejo pada masa mudanya mempelajari ilmu dari salah satu abdi dalem kraton. Untuk membuat blangkon Jogja mbah Rejo muda memerlukan kain dengan panjang 105 cm x 105 cm. mbah Rejo muda dalam menyelesaikan satu blangkon dapat diselesaikan selama 3 jam dengan pengerjaan yang rapi dan halus. Pada masa mudanya, pengerjaan blangkon biasanya menggunakan lampu sentir, lampu minyak yang menjadi penerangan utama masa itu.


Saat ini mbah Rejo dalam pembuatan blangkon biasanya dibantu istri mbah Rejo, seorang pedagang pakaian yang tangguh pada masa mudanya. Dengan bantuan istrinya inilah mbah Rejo menyelesaikan blangkon demi blangkon yang diciptakannya. Selain pembuatan gaya blangkon Jogja, mbah Rejo juga ahli dalam pembuatan gaya blangkon lain seperti blangkon Solo, dan blangkon Ciamis.


Dari ketrampilan pembuatan blangkon Jogja mbah Rejo ini mengantarkannya menjadi orang yang dekat dengan lingkungan kraton. Dari keahlian mbah Rejo menjadi pengrajin blangkon kemudian mbah Rejo menjadi abdi dalem, tahapan tahapan sudah dilalui mbah Rejo mulai bekel sepuh, lalu wedono. Mbah Rejo kerap terlihat saat kraton melaksanakan upacara upacara adat. Mbah Rejo biasanya membawa payung untuk sri sultan. Disamping pengabdiannya pada keraton mbahRejo masih mendapatkan kebebasan berekpresi untuk aktif di luar keraton. Dengan kebebasan berekpresi ini menjadikan mbah Rejo mampu mengamalkan ilmunya untuk berguna di kalangan masyarakat luas.

Mei 22, 2018

Filosofi Terkandung Dalam Blangkon Jogja Bagian 1


blangkon jogja


Blangkon merupakan aksesoris pelengkap dari baju adat Jawa yang mempunyai posisi paling tinggi dibanding dengan aksesoris lain. Blangkon merupakan asal mula pengembangan dari ikat kepala yang digunakan masyarakat jawa sebelum mengenal Islam. Islam masuk ke tanah jawa dengan sikap yang sangat ramah.

Para penyebar agama islam di jawa tidak dengan memaksakan ajaranagama Islam. Dahulu para penyebar agama menggunakan metode metode yang unik untuk menyebarkan. Salah satu metode unik dari penyebaran islam antara lain adalah dengan memperkaya adat istiadat masyarakat jawa. Dan mengganti amalan-amalan yang dapat menyesatkan dengan kebaikan.

Inovasi dari penyebar agama dahulu sangat kaya dengan filosofi dalam setiap bagian bagiannya. Blangkon yang merupakan inovasi dari ikat kepala juga tidak luput dari inovasi yang diberikan oleh penyebar agama, dalam artikel yang dipublikasikan di krjogja.com disebutkan beberapa filosofi ajaran islam yang dahulu telah ditanamkan blangkon khususnya blangkon Jogja.

“Bagian atau bentuk blangkon mengandung makna yang cukup dalam. Lipatan yang menutupi kepala berjumlah 17 lipatan menandakan 17 rakaat dalam salat lima waktu. Mondolan di pasang di belakang kepala dengan makna mencegah manusia dari tidur dan menutup mata.” Begitulah yang tertulis di krjogja.com

Di surat kabar online tersebut juga tertulis “Letak mondolan pun diusahakan di tengah dan lurus keatas, yakni bermakana lurus terhadap sang pencipta. Maka jika di tarik benang makna, mondolan merupakan pengingat agar manusia tidak menutup mata terhadap sang kuasa dan selalu lurus menjalankan perintahnya. Tidak hanya itu sisa kain di samping mondolan jika dihitung berjumlah 6 yang berarti 6 rukun iman dalam Islam.”

dengan memberikan faidah keislaman dalam sebuah karya blangkon, diharapkan nilai keislaman dapat dipraktekkan oleh para orang yang ingin tahu lebih banyak dengan kebudayaan. blangkon Jogja bukan sekedar alat penutup kepala saja, namun juga mengandung nilai yang lebih dari itu.

Mei 22, 2018

Bagian Blangkon Jogja



Bagian Blangkon jogja

Bentuk sempurna dari sebuah benda dan mahluk hidup adalah perpaduan dari masing masing bagiannya yang pas. Ketika anda melihat manusia, anda akan melihat bagian bagian manusia yang pas pula, satu sama lain tidak saling mengganggu sehingga kinerja dari semuanya dapat dirasakan secara optimal. Bila ketika melihat elektronik misalnya televisi, juga merupakan perpaduan dari bagian bagiannya yang saling mendukung. Bila ada komponen yang tidak mendukung, kesempurnaan suatu ciptaan akan terdapat kecacatan. Blangkonjogja juga mempunyai bagian bagian yang saling berpadu menciptakan kesempurnaannya.


Bagian –bagian Blangkon jogja yang paling utama ketika dilihat dari luar adalah sebagai berikut:
Bgaian Blangkon Jogaj


1.       Wiron

Wiron adalah bagian blangkon yang melilit blangkon agar tetap kencang, wiron ini tersusun atas kain yang dilampit-lampit hingga menyerupai undak-undakan. kemudian direkatkan dengan benang atau lem. Wiron ini terdiri atas dua sisi kain, kain kanan dan kain kiri. Salah satu kain ini menimpa kain yang satunya, sehingga hanya satu kain yang paling terlihat dari depan. Biasanya kain yang berasal dari lajur kiri menimpa kain yang berasal dari lajur kanan.

2.       Kuncung

Kuncung blangkon/ adalah bagian blangkon yang terletak di depan menonjol seperti lidah yang berada dibawah wiron atau juga ada yang berada di ataswiron. Bentuk dari kuncung ini biasanya menyerupai wajik atau persegi empat.

3.       Tengahan

Tengahan adalah bagian blangkon yang paling tipis, tengahan ini adalah bagian yang menyatukan antara wiron bagian kanan blangkon dan bagian kiri, juga menyatukan antara bagian depan dan juga mondolan blangkon.
Bgaian Blangkon Jogaj

4.       Sintingan

Sintingan adalah bagian blangkon yang menyerupai sayap di bagian belakang blangkon. letak dari sintingan ini dibawah bagian tengahan dan menghimpit mondolan, pada blangkon mataraman, sintingan ini menempel pada badan blangkon, namun untuk blangkon senopaten bagian sintingan dibiarkan terlepas dari blangkon jogja sehingga tampak seperti sayap yang mengepak. Model senopaten sering digunakan oleh tokoh yang memerankan Pak Raden dalam cerita Si Unyil.

5.       Mondolan

Mondolan adalah bagian belakang blangkon Jogja yang berbentuk bulat seperti telur. Bagian ini adalah bagian untuk menahan rambut panjang agar tidak terurai. Karena pada zaman dahulu banyak anggota kraton yang gondrong, sehingga ketika diikat dan di pasang blangkon menyerupai bulatan telur.

6.       Kepet

Kepet adalah kain blangkon yang terletak di bagian belakang, kain ini terlihat seperti sayap ikan koi yang melambai-lambai. Panjang dari kepet sendiri bermacam macam, ada yang sangat pendek dan ada juga yang panjang hingga 1 meter.


Selain bagian bagian ini juga terdapat hal yang mendukung blangkon untuk mempertahankan bentuknya ketika dipakai, salah satunya adalah kerangka dalam blangkon. kerangka ini membantu pembuat blangkon untuk menjaga tampilan blangkon.

Pada zaman sekarang, selain bagian utama dari blangkon di atas, banyak sekali para penggemar blangkon yang menambahkan aksesoris untuk mempercantik tampilan blangkon. mulai darin payet, manik-manik, logam, hingga jenis bebatuan yang mengkilap.

Mei 21, 2018

Selamat Datang di blangkonjogja.com

Blangkon Jogja adalah usaha untuk melestarikan kebudayaan Jogja dengan memaparkan tentang informasi-informasi seputar blangkon khususnya jogja. Informasi seputar blangkon jogja, semua blangkon indonesia dan apapun yang terkait dengan blangkon di Indonesia dan negara lain ini kami sajikan kepada pembaca untuk menambah wawasan sehingga dapat menggali rasa kecintaannya kepada kebudayaan yang dimiliki. dengan mencintai kebudayaan yang dimiliki saya berharap pembaca dapat menjadi yang dinamakan "Orang Indonesia", orang Indonesia bukan hanya orang yang menetap di negara Indonesia. tetapi ia memahami, mencintai serta melestarikan apa yang mejadi kepemilikan Indonesia. kami juga berharap supaya pembaca mampu menginisiasi bahwa apapun yang di dalam Indonesia adalah milik kita sebagai orang indonesia. apabila apa yang menjadi milik kita direbut orang atau pihak lain, kita akan tergugah untuk menyelamatkan kepunyaan kita lagi. jangan sampai kejadian budaya Indonesia di klaim oleh pihak lain baru kita tersadah bahwa kita telah kehilangan apa yang berharga bagi kita. negara indonesia adalah negara kita, kita yang diwarisi untuk menjaganya, kita juga yang paling berhak untuk mendapatkan manfaatnya. semoga dengan kesadaran ini kita dapat menjadi apa yang dikatakan sebagai "Orang Indonesia" Semoga apa yang menjadi misi kami dapat memberikan manfaat dan menghindarkan dari kerusakan. amin
Mei 21, 2018

Blangkon Jogja | Berbagai Jenis Blangkon Jogja

Blangkon Jogja




Blangkon Jogja di identikkan dengan blangkon yang mempunyai mondolan, bagian belakang belangkon yang bulat mmenyerupai telur pada umumnya. Mondolan ini yang menjadi kekhasan blangkon Jogja dibanding dengan blangkon-blangkon lain. Mondolan ini berfungsi untuk meyembunyikan rambut bagi yang berambut panjang. Menyembunyikan rambut dibalik blangkon mempunyai arti pengendalian hawa nafsu bagi pemakai blangkon.

Bila anda sudah menjumpai tempat pembuatan blangkon ataupun toko yang menjual blangkon, anda akan menemui blangkon-blangkon Jogja yang bermacam-macam modelnya. Blangkon Jogja yang diidentikkan dengan mondolan terletak di belakang memang mempunyai beberapa jenis. Saya akan mengulas empat jenis-jenis blangkon Jogja yang selama ini sering ditemui, antara lain:


1.  Blangkon Koncir/ Kliwir

gambar blangkon




Blangkon Jogja koncir/kliwir ini mempunyai ciri khusus bagian belakang ada dua kain yang memanjang dibawah mondolan. Kliwir ini biasanya merupakan kepanjangan dari sintingan (kain yang berada diantara mondolan yang mirip dengan sayap). Blangkon ini biasanya dipakai oleh orang muda. Panjang dari kliwir ini bervariasi adayang pendek hingga ada yang menncapai 1 meter.



2.  Blangkon Mataraman

gambar blangkon


Blangkon ini paling sering dijumpai pada perangkat keraton, salah satu ciri blangkon ini sintingan menempel pada blangkon dan tidak terdapat kliwir. Anda dapat menjumpainya saat acara- acara adat di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.   Blangkon Sunan
gambar blangkon


Blangkon sunan pada umumnya seperti blangkon jogja biasa, tetapi yang membedakannya adalah penggunaan kain untuk bahan blangkon. jika blangkon pada umumnya menggunakan batik sebagai bahan utama, blangkon sunan biasanya menggunakan kain polos warna putih untuk membuat blangkon. sehingga hasil yang didapat adalah jenis blangkon yang bewarna polos.

4.  Blangkon Senopaten
Gambar Blangkon


Bila blangkon Jogja pada umumnya meiliki sintingan menempel pada badan blangkon, jenis blangkon senopaten ini memiliki sintingan yang terpisah dengan badan blangkon, sehingga tampak seperti sayap burung yang sedang di kepakkan. blangkon ini juga tidak mempunyai kliwir di bawah mondolan. kain yang digunakan dalampembuatan blangkon ini pada umumnya juga kain batik.

Dari jenis jenis blangkon ini, blangkon yang paling umum digunakan oleh para anggota kraton adalah blangkon mataraman. Setiap hari para perangkat kraton menggunakannya walaupun sedang menggunakan kendaraan bermotor. Ketika sedang menggunakan kendaraan bermotor, biasanya para abdi dalem menggunakan blangkon sebagai pengganti helm. Karena para abdi dalem lebih memilih menggunakan blangkon Jogja dibandingkan helm penggunaan kendaraan bermotor sangat jarang sekali, bahkan hampir tidak sama sekali.

Mei 13, 2018

Blangkon, tutup kepala khas jawa


Pernahkah Anda Berwisata  ke Kraton Jogja (Ngayogyokarto)? 


Kalau anda pernah berkunjung ke kraton yogyakarta anda akan melihat para perangkat keraton yang mengenakan kain penutup kepala khas yang umumnya disebut dengan blangkon. Blangkon Jogja sudah digunakan masyarakat jogja sejak era kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta pertama. Di dalam riwayat jawa, penggunaan blangkon sudah digunakan sejak zaman Majapahit sebelum ditemukannya helm untuk melindungi kepala saat  bersepeda motor. Walaupun sudah ditemukan helm untuk sepeda motor, para abdi dalem Jogja umumnya lebih suka menggunakan blangkon untuk tutup kepala dibandingkan menggunakan helm. Jika helm di Indonesia menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menjaga kualitasnya, blangkon menggunakan “pakem” blangkon atau aturan pengrajin blangkon. pakem ini bertujuan untuk menjaga kualitas blangkon sehingga dari waktu ke waktu blangkon dapat mempertahankan fungsi dan keindahannya sebagai penutup kepala khas Jawa.

Blangkon juga merupakan perkembangan dari tutup kepala “iket” yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain persegi disusun dengan rapi sampai menutupi bagian atas kepala pemakai. Karena penggunaan iket kepala yang membutuhkan waktu untuk memakainya, maka terciptalah inovasi merubah agar iket lebih praktis ketika dipakai, dari ide ini terciptalah blangkon dimana setiap lekukannya sudah dibuat untuk bisa dipakai berkali-kali.

Blangkon pada umumnya berkembang di wilayah Jawa, tapi tidak memberikan kemungkinan kepulauan lain untuk menggunakan blangkon seperti halnya di kepulauan Bali. Di  Jawa ada banyak blangkon yang dikenal, diantaranya ada blangkon Jogja (Ngayogyokarto), blangkon Solo (Surakarta), blangkon Kedu, blangkon Banyumasan, blangkon Sunan dan blangkon Sunda. Blangkon blangkon yang dikembangkan ini mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda beda, misalnya saja blangkon jogja yang berbeda dengan blangkon lain.Blangkon jogja mempunyai benjolan di belakang yang menyerupai rambut yang diikat. Benjolan ini disebut dengan “mondolan”.

Pada zaman dahulu, mondolan ini merupakan tempat rambut para pemakai blangkon. pada saat itu alat cukur rambut belum digunakan di masyarakat jogja yang membuat rambut para pemakai blangkon panjang-panjang, untuk menutupinya dibuatlah mondolan blangkon. pada blangkon Solo tidak menggunakan mondolan karena rambut para penggunanya rata-rata sudah dicukur pendek sehingga tidak diperlukan mondolan untuk menutup rambut.

Blangkon Zaman Dahulu dan Blangkon Zaman Sekarang

blangkon jogja

Sejarah penggunaan blangkon sudah dikenal dari zaman Majapahit dan berkembang hingga sekarang. Penggunaan blangkon juga berkembang dari zaman dahulu yang hanya berfungsi utama untuk penutup rambut sekarang bertambah untuk aksesoris,  fashion, cindramata dan bahan koleksi. Pada zaman dahulu penggunaan blangkon juga dipadukan dengan baju-baju daerah khusus. Sekarang di Jogja penggunaan Blangkon Jogja dipadukan dengan baju yang beragam. Nama blangkon juga sudah terkenal hingga mancanegara, hal ini dibuktikan dengan dipakainya nama blangkon untuk program yang dikembangkan oleh Linux (finlandia) yang diberi nama BlankOn.

Bila blangkon sudah dikenal mancanegara, apa kita sebagai orang Indonesia akan melupakannya?
Seharusnya, orang Indonesia harus sadar bahwa kebudayaan kita adalah milik kita, warisan kita, dan kitalah yang bertanggungjawab untuk merawatnya. Bagaimana dengan blangkon? blangkon juga warisan kita, baik penulis maupun anda sebagai pembaja, sudah seyogyanya anda juga ikut merawat dan menjaganya agar tetap milik generasi mendatang.


Indonesia Negara Asal Blangkon

Indonesia Negara Asal Topi Jawa : Blangkon Indonesia adalah negara plural yang mempunyai ribuan suku bangsa dan bahasa. Indonesia su...