Mei 30, 2018

“Kaji Blangkon” Sebuah Impian Dibalik Keterbatasan – Blangkon Jogja




Blangkon Jogja - Haji merupakan rukun Islam yang wajib bagi orang islam untuk menunaikannya jika memenuhi syarat. Salah satu syarat wajib haji adalah mampu. Karena syarat ini tidak semua penduduk jawa pribumi dapat memenuhi, menjadikan ibadah haji ini adalah ibadah yang didamba-dambakan setiap orang, terlebih pada masa kolonial belanda.

Pada masa kolonial sekitar abad 19-an, terlahir  istilah “Kaji Blangkon” yaitu istilah hajinya orang  jawa yang melakukan rukun hajinya di Jawa. Seperti yang dilangsir di tirto.id menyebutkan asal mula terbentuknya istilah “Kaji Blangkon”.

Pada 1930-an, muncul kepercayaan lokal yang yakin bahwa berziarah tujuh kali ke Masjid Demak (kini di Jawa Tengah) akan sama nilainya dengan naik haji ke Mekah (Henri Chamber-Loir dalam Encyclopedia van Nederlandch-Indie). Berdasarkan kepercayaan ini, setiap 10 hari antara tanggal 1 sampai 10 Zulhijah (bulan ke-12 tahun Hijriah), orang-orang akan berdatangan ke Demak untuk melakukan ziarah.” Begitulah tulisan yang terdapat di tirto.id

Kepercayaan adanya Kaji Blangkon ini juga didukung oleh kondisi saat masa kolonial, dimana untuk mencapai ke tanah Arab dibutuhkan waktu yang sangat lama dan perbekalan yang banyak. Hal ini belum melihat kondisi keamaan dan kebijakan pemerintah kolonial. Dengan demikian kepercayaan Kaji Blangkon mudah menyebar di kalangan masyarakat terutama yang ingin menunaikan rukun Islam ke lima.

Dalam setelah menyebarnya kepercayaan kaji blangkonini masyarakat kategori tidak mampu banyak berbondong bondong melakukan ritual “haji” nya Demak. ritual haji yang dilakukan mulai dari sholat berjamaah, mengaji Al-quran hingga mengunjungi makam sunan kalijaga. Karena banyaknya orang yang datang setiap bulan zulhijjah ini, mengundang penduduk untuk berjualan hingga terciptalah pasar malam ketika bulan besar/ zulhijjah.

Dalam merahputih.com juga menyebutkan kritikan dari sebuah majalah pada saat itu “Lantaran telah menjamur, para peziarah memberi anjuran agar kiblat Mekkah diganti dengan kiblat Demak dan naik haji ke Mekkah deganti dengan haji ke Demak, tulis surat kabar Soera Oemoem tahun 1903”

Dari kepercayaan dahulu yang membolehkan ibadah haji di Demak ini, hingga saat ini masih ada yang menghubungkan antara orang yang berziarah mengunjungi Wali Songo akan mendapat tambahan nama awal “H” yang merupakan singkatan dari kata haji.

Fenomena disamakannya satu wilayah dengan tanah suci ini juga dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Sumatra, Sulawesi, dan beberapa tempat lain. Begitulah gelar “Kaji Blangkon” yang mengkonotasikan melakukan ritual haji namun berada di pulau jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia Negara Asal Blangkon

Indonesia Negara Asal Topi Jawa : Blangkon Indonesia adalah negara plural yang mempunyai ribuan suku bangsa dan bahasa. Indonesia su...