Mei 13, 2018

Blangkon, tutup kepala khas jawa


Pernahkah Anda Berwisata  ke Kraton Jogja (Ngayogyokarto)? 


Kalau anda pernah berkunjung ke kraton yogyakarta anda akan melihat para perangkat keraton yang mengenakan kain penutup kepala khas yang umumnya disebut dengan blangkon. Blangkon Jogja sudah digunakan masyarakat jogja sejak era kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta pertama. Di dalam riwayat jawa, penggunaan blangkon sudah digunakan sejak zaman Majapahit sebelum ditemukannya helm untuk melindungi kepala saat  bersepeda motor. Walaupun sudah ditemukan helm untuk sepeda motor, para abdi dalem Jogja umumnya lebih suka menggunakan blangkon untuk tutup kepala dibandingkan menggunakan helm. Jika helm di Indonesia menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menjaga kualitasnya, blangkon menggunakan “pakem” blangkon atau aturan pengrajin blangkon. pakem ini bertujuan untuk menjaga kualitas blangkon sehingga dari waktu ke waktu blangkon dapat mempertahankan fungsi dan keindahannya sebagai penutup kepala khas Jawa.

Blangkon juga merupakan perkembangan dari tutup kepala “iket” yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain persegi disusun dengan rapi sampai menutupi bagian atas kepala pemakai. Karena penggunaan iket kepala yang membutuhkan waktu untuk memakainya, maka terciptalah inovasi merubah agar iket lebih praktis ketika dipakai, dari ide ini terciptalah blangkon dimana setiap lekukannya sudah dibuat untuk bisa dipakai berkali-kali.

Blangkon pada umumnya berkembang di wilayah Jawa, tapi tidak memberikan kemungkinan kepulauan lain untuk menggunakan blangkon seperti halnya di kepulauan Bali. Di  Jawa ada banyak blangkon yang dikenal, diantaranya ada blangkon Jogja (Ngayogyokarto), blangkon Solo (Surakarta), blangkon Kedu, blangkon Banyumasan, blangkon Sunan dan blangkon Sunda. Blangkon blangkon yang dikembangkan ini mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda beda, misalnya saja blangkon jogja yang berbeda dengan blangkon lain.Blangkon jogja mempunyai benjolan di belakang yang menyerupai rambut yang diikat. Benjolan ini disebut dengan “mondolan”.

Pada zaman dahulu, mondolan ini merupakan tempat rambut para pemakai blangkon. pada saat itu alat cukur rambut belum digunakan di masyarakat jogja yang membuat rambut para pemakai blangkon panjang-panjang, untuk menutupinya dibuatlah mondolan blangkon. pada blangkon Solo tidak menggunakan mondolan karena rambut para penggunanya rata-rata sudah dicukur pendek sehingga tidak diperlukan mondolan untuk menutup rambut.

Blangkon Zaman Dahulu dan Blangkon Zaman Sekarang

blangkon jogja

Sejarah penggunaan blangkon sudah dikenal dari zaman Majapahit dan berkembang hingga sekarang. Penggunaan blangkon juga berkembang dari zaman dahulu yang hanya berfungsi utama untuk penutup rambut sekarang bertambah untuk aksesoris,  fashion, cindramata dan bahan koleksi. Pada zaman dahulu penggunaan blangkon juga dipadukan dengan baju-baju daerah khusus. Sekarang di Jogja penggunaan Blangkon Jogja dipadukan dengan baju yang beragam. Nama blangkon juga sudah terkenal hingga mancanegara, hal ini dibuktikan dengan dipakainya nama blangkon untuk program yang dikembangkan oleh Linux (finlandia) yang diberi nama BlankOn.

Bila blangkon sudah dikenal mancanegara, apa kita sebagai orang Indonesia akan melupakannya?
Seharusnya, orang Indonesia harus sadar bahwa kebudayaan kita adalah milik kita, warisan kita, dan kitalah yang bertanggungjawab untuk merawatnya. Bagaimana dengan blangkon? blangkon juga warisan kita, baik penulis maupun anda sebagai pembaja, sudah seyogyanya anda juga ikut merawat dan menjaganya agar tetap milik generasi mendatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia Negara Asal Blangkon

Indonesia Negara Asal Topi Jawa : Blangkon Indonesia adalah negara plural yang mempunyai ribuan suku bangsa dan bahasa. Indonesia su...