Blangkon Jogja merupakan topinya orang jawa. Blangkon memiliki nilai seni yang sangat
tinggi, sehingga tidak semua orang dapat membuat blangkon dengan kualitas yang
bagus. Salah satu pengrajin blangkon yang pada masa mudanya sempat melejit
namanya adalah Wedono H. Ngudi Pawoko yang kerap dipanggil mbah Rejo. Di usia
lansianya, mbah Rejo masih kerap mengerjakan keahliannya menjadi pengrajin
blangkon. blangkon yang dihasilkan mbah Rejo sudah akrab di kalangan Keraton. Dari
sinilah mbah Rejo dikenalkan dengan perangkat-perangkat kraton, hingga
lingkaran terdalam keraton.
Ayah
mbah Rejo dulunya adalah seorang penjahit terkenal yang sering menjahit ikat
kepala, dari sinilah mbah Rejo mendapatkan ilmu menjahit. Dalam pembuatan
blangkon, bah Rejo pada masa mudanya mempelajari ilmu dari salah satu abdi
dalem kraton. Untuk membuat blangkon Jogja mbah Rejo muda memerlukan kain
dengan panjang 105 cm x 105 cm. mbah Rejo muda dalam menyelesaikan satu
blangkon dapat diselesaikan selama 3 jam dengan pengerjaan yang rapi dan halus.
Pada masa mudanya, pengerjaan blangkon biasanya menggunakan lampu sentir, lampu
minyak yang menjadi penerangan utama masa itu.
Saat
ini mbah Rejo dalam pembuatan blangkon biasanya dibantu istri mbah Rejo, seorang
pedagang pakaian yang tangguh pada masa mudanya. Dengan bantuan istrinya inilah
mbah Rejo menyelesaikan blangkon demi blangkon yang diciptakannya. Selain pembuatan
gaya blangkon Jogja, mbah Rejo juga ahli dalam pembuatan gaya blangkon lain
seperti blangkon Solo, dan blangkon Ciamis.
Dari
ketrampilan pembuatan blangkon Jogja mbah Rejo ini mengantarkannya menjadi orang yang
dekat dengan lingkungan kraton. Dari keahlian mbah Rejo menjadi pengrajin
blangkon kemudian mbah Rejo menjadi abdi dalem, tahapan tahapan sudah dilalui
mbah Rejo mulai bekel sepuh, lalu wedono. Mbah Rejo kerap terlihat saat kraton
melaksanakan upacara upacara adat. Mbah Rejo biasanya membawa payung untuk sri
sultan. Disamping pengabdiannya pada keraton mbahRejo masih mendapatkan
kebebasan berekpresi untuk aktif di luar keraton. Dengan kebebasan berekpresi
ini menjadikan mbah Rejo mampu mengamalkan ilmunya untuk berguna di kalangan
masyarakat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar